Konsultan Manajemen dan SOP

Business Enabling Environment : Agribisnis Berbasis Peternakan

Business Enabling Environment : Agribisnis Berbasis Peternakan
Business Enabling Environment : Strategi inovasi Industri Peternakan - Sumber Gambar http://www.dikti.go.id/
Agribisnis berbasis peternakan adalah salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Tuntutan sistem usaha tani terpadu pun menjadi semakin rasional seiring dengan tuntutan efisiensi dan efektivitas penggunaan lahan, tenaga kerja, modal, dan faktor produksi lain yang amat terbatas itu. Agribisnis memang mengedepankan suatu sistem budaya, organisasi, dan manajemen yang amat rasional, dirancang untuk memperoleh nilai tambah (komersial) yang dapat disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku ekonomi secara fair, dari produsen, pedagang, konsumen, bahkan sampai pada segenap lapisan masyarakat.

Industri Agribisnis pada aspek Hilirisasi ke depan mempunyai prospek yang sangat baik. Khususnya bidang Agribisnis sektor peternakan. Sumber-sumber pertumbuhan dalam industri peternakan antara lain adalah munculnya fenomena revolusi peternakan, revolusi putih dan revolusi supermarket. Revolusi peternakan, yang ditandai dengan kian meningkatnya konsumsi daging dan susu per kapita seiring dengan meningkatnya pendapatan, merupakan salah satu sumber pertumbuhan peternakan yang signifikan di negara-negara berkembang. Revolusi putih merupakan suatu upaya sistematis untuk meningkatkan konsumsi susu dalam negeri secara drastik juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan yang diharapkan sebagai sumber pertumbuhan dalam industri peternakan. Peningkatan konsumsi susu dapat terjadi apabila produksi susu sapi dalam negeri meningkat pesat dan harganya terjangkau oleh masyarakat.

Baca Juga : Cara Menyusun Peta Bisnis Perusahaan Sesuai  ISO 9001:2008,

Revolusi peternakan dan revolusi putih yang didukung oleh adanya revolusi supermarket juga lebih meningkatkan pasokan protein dan menyediakan menu makanan yang lebih beragam. Bersamaan dengan meningkatnya pendapatan, supermarket menjadi semakin dominan dalam bisnis ritel produk pertanian domestik. Berkembangnya supermarket didukung oleh adanya kecenderungan bahwa konsumen semakin meningkatkan perhatian pada kualitas dan keamanan makanan yang mereka konsumsi. Selera atau preferensi makanan juga mengglobal. Faktor lainnya adalah masuk dan berkembang cepatnya jaringan supermarket multinasional, baik secara langsung atau melalui kemitraan dengan perusahaan setempat. Perubahan permintaan konsumen juga mendorong pertumbuhan industri pengolahan dan jasa makanan. Sayangnya revolusi peternakan, revolusi putih dan revolusi supermarket sejauh ini dinilai belum dapat memberikan pertumbuhan yang inklusif, yaitu pertumbuhan yang tidak hanya menguntungkan para peternak atau pelaku usaha di bidang peternakan berskala besar, tetapi juga meningkatkan peran serta para peternak atau pelaku usaha berskala kecil.

Dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing di industri peternakan, baik yang bersifat on-farm ataupun off-farm, para pelaku usaha membutuhkan lingkungan bisnis yang kondusif yang sering disebut sebagai “Business Enabling Environment” (BEE). Business Enabling Environment merupakan intervensi pemerintah untuk menciptakan iklim investasi atau iklim usaha yang kondusif.


Gambar 1. Tingakatan kebutuhan dalam menunjang persaingan di Agribisnis

Dalam kaitan Business Enabling Environment, pemerintah dapat berperan sebagai regulator, fasilitator dan promotor. Sebagai regulator, pemerintah berfungsi untuk menyusun dan mengimplementasi kebijakan, hukum dan peraturan yang mengatur aktivitas-aktivitas para pelaku usaha. Sebagai fasilitator, pemerintah memberikan fasilitas-fasilitas dan kondisi-kondisi spesifik yang sangat kondusif bagi inverstor swasta dan pengembangan bisnis perusahaan serta meningkatkan jejaring kerjasama antara para pemangku kepentingan. Sebagai promotor, pemerintah berfungsi mengintervensi secara langsung melalui alokasi sumberdaya (baik yang berupa SDM, keuangan atau fisik) untuk mencapai hasil-hasil spesifik yang ditetapkan.

Baca Juga : Business Process Redesign Reengineering

Dari gambar di atas, Gambar 1 mendefiniskan bahwa pendorong esensial merupakan syarat keharusan agar perusahaan dapat berfungsi. Elemen-elemen pendorong esensial adalah aturan keagrariaan, infrastruktur fisik dan kebijakan perdagangan. Elemen-elemen pendorong yang penting adalah standardisasi mutu dan regulasi, riset dan pengembangan dan jasa-jasa pembiayaan/keuangan. Pendorong yang bermanfaat merupakan syarat kecukupan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha, elemennya antara lain adalah kemudahan dalam berbisnis, layanan pengembangan usaha dan keterkaitan bisnis.

Pemerasan produksi dilakukan dengan penerapan harga-harga produksi pertanian yang murah melalui perbaikan produktivitas dan instrumen kebijakan lain misalnya penerapan harga maksimum. Mekanisme pemerasan pengeluaran (expenditure squeeze) pertanian dilakukan melalui instrumen pajak ekspor, memaksimalkan net capital outflow pertanian untuk sektor non-pertanian, nilai tukar (terms of trade) pertanian dibandingkan industri yang semakin menurun, dan secara sengaja membiarkan migrasi sumberdaya manusia dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian. Dengan mekanisme pemerasan ganda pertanian tersebut, surplus pertanian di-reinvestasi-kan pada sektor industri dan jasa yang pada umumnya berlokasi di perkotaan.

Kinerja sektor pertanian (termasuk peternakan) saat ini masih dirasakan belum maksimal sesuai potensinya. Dalam Laporan Pembangunan Dunia, Bank Dunia (2007) berpendapat bahwa pertumbuhan sektor pertanian di negara-negara berkembang melambat antara lain akibat persoalan under investment, investment yang kurang tepat dan berkurangnya ODA (Overseas Development Assistance). Gagalnya upaya-upaya pembangunan pertanian terjadi karena adanya keyakinan ”agroskeptisme” yang berlebihan. Hal lain yang sering dikeluhkan oleh para pelaku usaha antara lain adalah
(a) kualitas birokrasi yang tidak efisien
(b) tingginya tingkat korupsi
(c) ketersediaan infrastruktur yang tidak memadai
(d) kesulitan dalam akses permodalan/pembiayaan
(e) inflasi dan
(f) kebijakan pemerintah yang tidak konsisten

Sekarang, tidak ada pilihan lain. Sektor pertanian (termasuk peternakan) memiliki prospek yang sangat cerah. Membaiknya harga-harga pangan utama dan komoditas bernilai tinggi di pasar dunia dapat dijadikan momentum untuk kembali membangkitkan pertanian dan peternakan kita. Sektor pertanian dan peternakan memiliki potensi pertumbuhan yang inklusif dibandingkan sektor-sektor lain. Potensi pertumbuhan yang inklusif ini dapat direalisasikan jika pemerintah dapat dengan baik berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan promotor dalam peningkatan iklim usaha atau menyediakan lingkungan pendorong yang kodusif bagi tumbuh dan berkembangnya investasi dalam industri pertanian (termasuk peternakan).

Oleh sebab itu, untuk menggairahkan investasi agribisnis berbasis peternakan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus merangsang investor untuk menggarap dan memanfaatkan potensi dan peluang usaha peternakan dan agribisnis basis sumber daya alam lain secara umum. Pemerintah daerah dilarang keras membunuh inisiatif usaha di tingkat lokal. Misalnya, karena aparatnya berbeda partai atau ideologi politik dengan pelaku ekonomi yang melakukan investasi agribisnis di daerah. Pemerintah pusat perlu memberikan insentif lebih besar bidang perpajakan dan nonperpajakan untuk inisiatif investasi di tingkat daerah, terutama yang memberikan dampak ganda peningkatan kesempatan kerja.

Baca Juga : Penyusunan Sub Process Map

Setiap daerah otonom perlu menjadi motivator dan fasilitator investasi, minimal dalam pertukaran informasi mengenai kandungan sumber daya (resource endowments) di daerah: lahan, tenaga kerja, sumber permodalan dan teknologi. Langkah awalnya dapat dimulai dari upaya penyediaan basis data dan informasi dalam menggalang kerja sama antardaerah, serta dalam fungsi koordinasi yang dijalankan oleh provinsi. Pemerintah tingkat provinsi sebagai perwakilan pemerintah pusat perlu menjadi koordinator yang lebih berwibawa untuk merumuskan dan menjalankan orkestra pengembangan ekonomi daerah.

Cognoscenti Consulting Group sebagai perusahaan konsultansi bidang manajemen, memiliki banyak pengalaman dalam membantu organisasi dalam meningkatkan kinerja organisasi melalui perbaikan proses kerja. Kami selalu berusaha memberikan pelayanan yang lebih baik mulai dari penyusunan strategi hingga proses implementasi di tingkat operasional dan audit untuk menemukan perbaikan. Jika ada hal yang ingin anda diskusi dengan kami, silahkan jangan segan untuk menghubungi Cognoscenti Consulting Group. www.ccg.co.id / 021. 29022128


Previous
Next Post »